INFOKINI.NET, TTS – Ribuan Umat Katolik memadati alun-alun Gereja Sta. Columba Put’ain merayakan sukacita Pesta Emas 50 tahun berdirinya Paroki Sta. Columba Putain – Keuskupan Agung Kupang.
Menjelang Hari Raya ini ada beberapa kegiatan yang menjadi fokus perhatian kegiatan pastoral sesuai hasil rapat panitia dan petunjuk pastor paroki yakni; pembinaan dan pendampingan bagi para Calon Komuni Pertama, Krisma, Pernikahan, Kunjungan Umat, renovasi gereja dan pastoran, pembersihan halaman, dan sebagainya.
Rayakan HUT Ke 52, OMK Paroki Ruto Gelar Berbagai PerlombaanUskup Larantuka Tahbiskan Tujuh Imam SVD: Melayani Umat adalah KewajibanSatu Abad SDK Inerie-Malapedho (6); Kini dan Masa Depan
Puncak perayaan emas ini tepat pada Jumat tanggal 25 Oktober 2019 di bawah tema: MARI KITA NYATAKAN IMAN SECARA DEWASA DALAM KESAKSIAN HIDUP SEBAGAI MURID-MURID KRISTUS YANG BENAR DI PAH ANAS. Perayaan ekaristi akbar ini serentak penerimaan Sakramen Krisma oleh Yang Mulia Uskup Agung Kupang (Mgr. Petrus Turang, Pr).
Pastor Paroki Sta. Columba Putain RD. Patrisius Tampani, kepada awak media membeberkan bahwa semua kegiatan pastoral yang dibuat oleh pastor, katekis, guru-guru agama, DPP, dan panitia dalam rangka mempersiapkan pesta emas ini selalu bermuara pada satu pesan pastoral yakni bahwa iman umat yang sudah tumbuh dan berkembang selama 50 tahun mestinya kelihatan di dalam kesaksian hidup yang benar sebagai murid-murid Kristus dimana saja berada. Teristimewa di wilayah ANAS, sehingga iman yang tersembunyi benar-benar kelihatan.
Kedua, semangat hidup dan iman seluruh umat mestinya benar-benar dewasa dan mandiri seturut usia paroki yang mulai menua.
Ketiga, panitia mestinya bekerja all out untuk suksesnya perayaan ini teristimewa Liturgi dan mulai mengumpulkan data dan sejarah paroki yang akurat untuk diolah dan diterbitlan nanti.
Lebih lanjut Romo Patris menguraikan secara ringkas historisitas berdirinya Paroki Sta. Columba Putain. Paroki Putain resmi berdiri tahun 1969. Walau demikian sang gembala selanjutnya menceritakan bahwa cikal bakal iman katolik paroki ini sudah lama tumbuh sekitar awal tahun 1950.
Dikisahkan bahwa pada tahun itu ada seorang pria yang ditangkap dan ditahan akibat membunuh seseorang yang tidak diketahui namanya di Pah Anas; nama si tahanan ini Welem Tsu. Dia bahkan dibuang ke Nusakambangan. Setelah menjalani masa tahanan (entahlah ceritanya seperti apa), Welem Tsu akhirnya diangkat menjadi anggota tentara KNIL.
Setelah pensiun sebagai tentara KNIL, ia kembali ke kampung halamannya bersama istri (Mama Jawa) dan seorang buah hati (Yohanes Tsu). Hampir pasti kalau Mama Jawa itu beriman katolik.
Suatu ketika sedang berada di Soe untuk menerima tunjangan pensiun dan kebetulan mereka melintas di depan Gereja Katolik Soe, sang istri mengajak suaminya untuk mampir menemui Pastor di situ kalau ada. Alhasil mereka berjumpa dengan misionaris Pater Kornelis Koy, SVD (Pater Koy).
Usai bertemu Pater Koy, Welem Tsu sekeluarga bersama Bapak Snae sekeluarga (Bpk Snae, istri dan 2 org anak) yang tinggal bersama Pater Koy, diutus pergi bersama Bpk Welem ke kampungnya. Kepada mereka Pater Koy berpesan akan menyusul ke kampung [Put’ain] beberapa waktu kemudian.
Selang beberapa waktu kemudian Pater Koy memenuhi janjinya datang mengunjungi 2 keluarga ini serentak merayakan ekaristi perdana di rumah Bapak Welem Tsu bersama keluarga Bapak Snae (jumlah mereka sekitar 7 orang).
Usai perayaan ekaristi, datanglah Bapak Sae sekeluarga dan Bapak Un sekeluarga menemui Pater Koy. Saat itu juga kedua keluarga ini bersedia bergabung dengan Umat Perdana Paroki Putain.
Bapak Un menganjurkan kepada Pater Koy agar selanjutnya rumahnya di Sufa La’at dipakai untuk tempat doa dan ibadat serta misa karena kapasitas rumahnya cukup luas.
Usulan itu diterima Pater Koy. Maka Gereja Katolik mulai berkembang di Sufa la’at. Jumlah umat pun terus bertambah. Maka datanglah seorang misionaris (P. Vinsen Lekovick). Ketika P. Leko kembali, datanglah Pater Smith. Ketika itu gedung gereja berpindah lagi ke Kuan fau.
Baru pada tahun 1969 Vikaris Apostolik Batavia mempromulgasikan: Paroki St. Yohanes Pembaptis Putain. Akhir masa tugas P. Smith, datanglah Pater Noel Caroll sekitar awal tahun 1970 an awal. Pada tahun 1973, usif Noe Manumuti Bpk Max Eduard Fay atas nama keluarga Simon P. Linome, Simson Manao, Petrus Sua dan Nikanor Timo, menyerahkan sebidang tanah di Oebonak seluas 3.983 m2 untuk Pembangunan Gedung Gereja Paroki Putain. Saat itu aktivitas Paroki berpindah dari Kuanfau ke Oebonak.
Seiring bertambahnya usia, umat pun bertambah banyak dari Noe Bokong sampe Noebana, dari Hanemasin sampe Manela Anen. Pada tahun 1982-1983, P. Yulius Bere SVD mulai membangun gedung Gereja Paroki St. Yohanes Pembaptis Putain di Pah Lilo- Neke Lasa (gedung Gereja sekarang). Usai masa tugas P. Yulius Bere, datanglah Rm. Lorens Riberu, Pr. Sejak itu nama Paroki St. Yohanes Pembabtis Putain berubah menjadi Paroki Sta. Columba Putain hingga kini.
Pada tahun 2016, Uskup Agung Kupang memekarkan Paroki Sta. Columba Putain dan Paroki Sta. Maria dari Gunung Carmel Tumu, mengingat jumlah umat yang membludak dan luas paroki yang meliputi 3 kecamatan di Pah Anas.
Paroki Putain kini meliputi pusat Paroki Putain dengan jumlah 5 KUB ditambah 5 Kapela, Co Stasi St. Gabriel Lobus dengan jumlah 14 KUB dan 8 kapela. Jumlah umat hingga kini berkisar ± 4000 jiwa.
“Setelah berusia 50 tahun, paroki ini mengharapkan kehadiran 1 [satu] Kogregasi atau Biara untuk membantu karya pastoral di paroki ini.” Tandas RD. Patris Tampani Pastor Paroki Sta. Columba Putain. (WK / SD)