INFOKINI.NET, LEMBATA – Memiliki jaringan yang cukup luas dengan jasa Raharja Salatiga Semarang, David Blasius Huklele Gole atau biasa di sapa capt. Vigis Koban membantu korban kecelakaan di Salatiga Semarang kembali ke kampung Lembata, desa Atawai Nagawutung.
Selasa (30/1/224) Capt. Vigis Koban menceriterakan bahwa pada tanggal 16 Januari, ia mendapat telepon seluler dari no baru tetapi ia tidak meresponnya karena ada urusan duka di Lamahora.
“Saya mendapat berita itu tanggal 16 sekitar pukul 10.30 melalui telepon seluler tetapi tidak sempat respon karena ada urusan duka. Saya WhatsApp balas, setelah pemakaman saya hubungi balik. Akhirnya setelah pemakaman, sekitar jam 12, saya kontak mereka dan mereka memberikan informasi bahwa anak itu kecelakaan di Salatiga Semarang dan meninggal dan jasadnya sekarang lagi berada di RSUD Salatiga,” ceritera Capt Vigis Koban.
Kemudian untuk mengecek kondisi terakhir di Salatiga, Capt. Vigis menghubungi banyak pihak termasuk RSUD Salatiga.
“Apakah bisa dibantu untuk pemulangan jenazah karena keluarga juga berharap jenasah korban bisa dipulangkan atau tidak, karena setelah di cek biaya pengiriman jenasah ke kampung cukup banyak dan orang tua tidak memiliki uang sejumlah itu. Informasi yang saya dapatkan biaya pemulangan sekitar 27 juta, belum lagi biaya di RS dan peti jenasah,” ucapnya.
Dengan kondisi begitu, Capt Vigis mulai berpikir bahwa mereka ini harus dibantu dengan cara dan relasi yang dimiliki.
“Karena keluarga mengharapkan jenasah kembali ke kampung. Setelah komunikasi itu saya lakukan, saya bersama salah satu teman yang ada di Jasa Raharja kami berkomunikasi dan menceritakan kronologi ini kemudian mereka menyampaikan kepada saya, kapten kami siap bantu tetapi kami butuh data. Akhirnya saya minta data korban dan orang tua kirim ada kesamaan di kartu keluarga korban dan bapak kandung. Sehingga saya bilang bagaimana cara kamu, tolong bantu saya karena sejumlah uang untuk memulangkan dia, keluarga tidak bisa mendapatkan secepat mungkin,” terang capt. Vigis.
Capt. Vigis juga berkomunikasi dengan RS tentang kondisi jenazah karena perjalanan tiba di kampung cukup memakan waktu bisa sampai 4-5 hari.
“Akhirnya saya menghitung, kejadian tanggal 16, komunikasi tanggal 16 maka tanggal 17 dipastikan dana santunan bisa cair sebesar Rp 50 juta, maka dana ini yang kita pakai untuk memulangkan. Itu pertimbangan saya, maka dana itu saya minta dicairkan. Sekitar jam 6.30 saya berkomunikasi dengan mereka di Salatiga, mereka sampaikan bahwa jenasah sudah siap dan mau diberangkatkan, saya kaget siapa yang urus, mereka jawab tidak tau bapak, pokoknya ada yang urus diberangkatkan sore ini ke Juanda Surabaya dan diterbangkan ke Kupang. Perhitungan biaya itu hanya sampai di Kupang saja, dari Kupang ke Lembata belum ada signal atau biaya. Dan saya mendapat informasi ada satu lembaga atau yayasan yang membantu.
Pada tanggal 17 pagi, saya meminta keluarga untuk datang ke Lewoleba bertemu saya untuk mengurus segala sesuatu terkait dana santunan karena masih cukup waktu karena jenasah masih dalam perjalanan,” imbuh Capt. Vigis.
“Pada tanggal 17 pagi mereka tiba di sini bertemu dengan saya didampingi keluarga korban, saya menyampaikan kepada mereka bahwa semua usaha kita berhasil. Tinggal saja keluarga ke BRI, nanti saya arahkan biar bisa cepat proses pencarian. Ternyata sistem sudah bekerja sama, pihak jasa Raharja dan beberapa bank sudah bekerja sama. Saya kontak ke pihak jasa Raharja dan pihak jasa Raharja sampaikan kepada saya bahwa kapten itu sudah secara otomatis masuk di rekening, jadi tidak perlu lagi mereka ke Bank, tinggal kapan mau dicairkan saja dengan membawa dokumen-dokumen itu. Pihak keluarga menyampaikan terima kasih kepada saya, kapten terima kasih atas bantuan yang diberikan. Saya juga menyampaikan turut berbelasungkawa, saya tunggu keluarga di Lewoleba untuk saya temani ke bank. Dan tadi pagi mereka sudah datang dan saya antar ke BRI wunopito sehingga uang itu bisa dicairkan untuk membayar kegiatan menunggu jenasah sampai dengan malam ketiga. Ini inisiatif saya karena saya diminta tolong dari orang yang menelpon saya karena mereka tau saya punya relasi banyak. Memang urus asuransi tidak gampang karena paling cepat itu 1 bulan kalau tidak bisa 2 bulan. Tetapi saya dalam tempo tidak sampai 12 jam dengan total santunan 50 juta,” tutur Capt. Vigis.
“Kepada keluarga saya menyampaikan bahwa dana santunan ini dipakai untuk kepentingan mengurus pemakaman sampai dengan selesai nebo, 40 harinya dan kalau mau dibuat 1 tahunnya dana yang ada ini bisa digunakan. Dana ini juga bisa buat kuburan yang baik,” tutup Capt. Vigis sapaan akrab David Blasius Huklele Gole. (*/Willy)