Scroll untuk baca artikel
Wisata dan Budaya

Pemprov NTT Bangun Pariwisata Berbasis Karateristik Budaya

251
×

Pemprov NTT Bangun Pariwisata Berbasis Karateristik Budaya

Sebarkan artikel ini

INFOKINI.NET, KOTA KUPANG – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akan membangun tempat pariwisata dengan berbasis Karakteristik Budaya.

Hal ini diutarakan kepala dinas (Kadis) pariwisata provinsi NTT, Wayan Darmawa kepada media ini, Selasa (25/06/2019).

Menurut Wayan, saat ini Pemerintah Provinsi NTT sudah memprogramkan pembangunan pariwisata dengan mengedepankan karakteristik budaya dari masing-masing daerah.

“Antara lain dengan membangun, melestarikan kampung-kampung adat sebagai daya tarik utama baik dari sisi fisik dan non-fisik dari mulai pintu masuk wilayah pariwisata, destinasi dan kampung adat tersebut,” tandasnya.

Lanjutnya, saat ini sudah mulai dengan pembenahan di empat bidang pendukung pariwisata yaitu ekonomi, destinasi, dan budaya.

“Tujuannya adalah untuk menjadikan pariwisata sebagai prime mover economic masyarakat NTT di masing-masing wilayah destinasi pariwisata,” jelas Wayan.

Sedangkan secara fisik, sudah diprogramkan dan sedang berjalan adalah perbaikan di- 30 destinasi pariwisata.

Di Kota Kupang kata dia, ada 7 estate, 2 gua monyet dan Pantai Lasiana.

Sedangkan yang baru saja ditandatangani kontrak untuk perbaikan yaitu di destinasi wisata Lasiana.

“Komitmen Dispar paling lambat Juli 2019 perbaikan ke-7 destinasi bisa selesai,” terang Wayan.

Wayan mengatakan prinsip membangun pariwisata NTT adalah dengan membangun destinasi wisata berbasis budaya, sehingga harus dikelola dan dipelihara kampung adat di setiap wilayah, agar destinasi wisata budaya bisa terbangun dengan baik dan bisa eksis sesuai perkembangan zaman.

“Kita sedang membangun destinasi wisata dengan budaya yang terpelihara dengan baik. Kita akan mengadopsi dengan apa yang sudah dilaksanakan didaerah lain,” tutur Wayan.

Destinasi budaya lanjut Wayan, harus disakralkan.

“Akan ada tiga areal kawasan terdepan transaksi, ekonomi kreatif, di tengah atau ada areal transisi (harus sesuaikan pakaian dengan kondisi seperti pakaian adat), dan areal inti atau areal budaya,” tutup Wayan. (WK)

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *