INFOKINI.NET, LEMBATA – Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Nubatukan, kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) membentuk tim Cyber School Security.
“Kita membentuk tim di sekolah, kami sebut Cyber School Security,” ungkap kepala sekolah SMAN 1 Nubatukan, Aloysius Aba saat ditemui media ini di ruang kerjanya, Selasa (19/4/2022).
Dikatakannya, ada sebuah tim di mana mereka mengawal, mengontrol secara ketat kegiatan-kegiatan siswa di media sosial di WhatsApp, messenger.
“Dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dibangun oleh sistem yang ada di sini. Jadi mereka ini terpantau oleh timnya. Ini rencana yang memang kita buat, karena sekolah ini cukup besar dan rencananya menjadi sekolah barometernya Lembata. Kita upayakan supaya benar-benar menjadi contoh bagi sekolah-sekolah yang ada di kabupaten ini. Kalau anak-anak terlalu aktif di Facebook, tim itu bisa memantau, akun mereka termonitor di sini,” ucap mantan kepsek SMAN 1 Ile Ape ini.
“Walaupun pakai password, tapi kami tahu hari ini engkau buat ini dan buat itu. Saya pernah lakukan ini di SMA negeri Ile Ape, itu sekolah di hutan, kampung, tetapi saya pernah lakukan itu. Anak-anak kalau kita Kawali mereka terus-menerus, saya yakin dan percaya, hal-hal yang kita khawatirkan selama ini, bisa ditekan. Tujuan kami seperti itu,” tegasnya menambahkan.
Ke depan, lanjutnya, sekolah SMAN 1 akan disebut sekolah berbasis IT.
“Jadi semua sistem yang ada di sini, itu kita lebih cenderung untuk membuat sekolah, para guru dan siswa lebih praktis dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
“Pertama kepada guru, guru selama ini dicekoki dengan begitu banyak aturan menyusun RPP dan lain sebagainya secara manual. Kali ini pada tahun pelajaran yang akan datang, kita mencoba untuk memasukan aplikasi dan mereka tinggal saja menyusun, menginput masuk ke dalam aplikasi dan tinggal kita kontrol dengan cukup baik,” jelas kepsek Aloysius Aba.
“Sekarang kita akan memasang cctv, barangnya sudah ada, semua perangkat sudah ada tinggal pasang. Semua ini kita desain, memonitor semua kegiatan pembelajaran,” tegas Aloysius Aba.
Dijelaskannya, ada 34 rombongan di SMAN 1 Nubatukan dengan jumlah siswa 1167 siswa.
“Maka memonitor begitu banyak guru, begitu banyak siswa dengan sistem manual maka saya pasti kesulitan. Ada 92 guru dan pegawai dan ada 1167 siswa, berarti saya mesti mengaturnya dengan sistem aplikasi seperti ini. Pertama kepada guru dan pegawai kami lakukan seperti itu,” tukas kepsek Aloysius Aba.
“Kedua, pada tahun pelajaran yang akan datang, kita menggunakan sistem daftar hadir itu, fingerprint tetapi terkonek langsung dengan orang tua. Jadi pada waktu anak datang, dia tiba di sekolah misalnya jam 7, pada waktu anak itu melakukan sidik jarinya, sistem tersebut langsung terkonek dengan handphone orang tua. Orang tua akan melihat, oh pada jam 7, anak saya sudah ada di sekolah,” terang Kepsek Aloysius Aba.
Demikian juga, katanya, pada pada waktu pulang itu yang paling riskan, ketika anak melakukan sidik jarinya, misalnya pada pukul 12.50, maka orang tua sudah tahu.
“Orang tua yang tinggal di seputaran Lewoleba, hitung 0 menit atau 15 menit. Jika lewat dari jam tersebut anak tidak pulang rumah, ini yang harus diperhatikan. Ini yang kami maksudkan, menekan dan meminimalisir mungkin hal-hal yang terjadi di luar. Ini kita tekan, maksudnya kami, kegiatan-kegiatan berjalan maksimal, kerja sama guru dan orang tua bisa saling terbagi,” pungkas orang nomor satu di SMAN 1 Nubatukan.(*/Willy)