INFOKINI.NET, LEMBATA – Desa Banitobo kecamatan Lebatukan kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan desa perdana yang melakukan panen perdana padi dan jagung.
Kegiatan panen perdana yang terjadi pada Kamis 4 April 2024 tersebut menghadirkan kadis pertanian dan ketahanan pangan kabupaten Lembata, Petrus Kanisius Tuaq.
Usai menghadiri panen perdana di desa Banitobo, kadis pertanian dan ketahanan pangan kabupaten Lembata, Petrus Kanisius Tuaq mengapresiasi kepala desa Banitobo karena memiliki program membangun pertanian dan ketahanan pangan di desa.
“Saya sangat senang dengan kepala desanya yang punya program membangun pertanian dan ketahanan pangan di desanya,” ungkap Kanis Tuaq sapaan akrabnya.
Karena lanjut Kanis, negara ini kuat kalau Desa juga kuat.
“Urusan pangan saat ini sedang dalam kondisi yang tidak baik, Krisis pangan, harga naik, ketersedian pangan terbatas, ini bagian dari krisis pangan yang tidak main-main,” tegas Kanis.
Desa Banitobo ini katanya, menjadi salah satu desa contoh yang bisa memanfaatkan sumber air yang ada di hamparan Letuboro yang ada di desa Banitobo.
“Tanam pertama saya ke sana dengan kondisi hujan dan angin tetapi kami bisa bersama-sama melakukan panen,” katanya.
Dijelaskannya, Potensi lahan di Banitobo sangat luas tetapi lahannya masih dalam kondisi lahan berat yang perlu diintervensi dengan ekspansi lahan, buka lahan baru.
“Kalau airnya cukup, sungai yang mengalir sampai ke pantai Waiteba itu cukup untuk kita bekerja dengan lahan-lahan yang ada. Sepanjang sungai itu mestinya kita manfaatkan air yang ada apalagi sekarang ini kita cari air susah,” tandas orang nomor satu di dinas pertanian Lembata ini.
“Lahan yang mereka tanam itu kurang lebih 5 hektar. Ada padi dan jagung langsung di dalamnya, ini mulai dari kecil kita lakukan supaya berdampak terhadap potensi yang ada di sekitar situ. Kepala desa juga saya rasa bajingan, mendatangkan eksavator walaupun manual tetapi dia berani lakukan,” puji Kanis Tuaq.
Kanis berharap agar semua desa di Lembata perlu menjaga ketahanan pangan di desanya supaya negara ini kuat dengan aksi-aksi nyata.
“Contoh dia melakukan penanaman, terus aspek konsumsinya harus bermuatan lokal, tidak boleh mengharapkan dari beras, kalau dari beras maka uang kita banyak keluar karena beras kita dari luar tetapi kalau kita mengkonsumsi pangan lokal berarti ada aspek-aspek yang kita hemat, itu bagian dari terobosan-terobosan pemeritah mengajak masyarakat mengkonsumsi pangan-pangan lokal,” papar Kanis Tuaq.
“Di aspek lain contohnya petani punya ternak, misalnya ada ayam, kambing dan babi di rumah, beternak besar seperti sapi, kuda, kalau beternak besar tidak ada minimal beternak kecil harus ada supaya menjaga protein dan ketahanan pangan ditambah karbohidrat supaya potensi kita yang ada di Lembata ini harus dimanfaatkan. Dengan demikian ekonomi di desa pasti meningkat, dia jual jagung, jual ubi yang dia tanam maka akan mendapatkan hasil,” sambung Kanis Tuaq.
Kata Kanis, sekarang muncul persoalan di sekitar petani peternak adalah pemasaran.
“Saya kasih contoh, babi yang ada tidak bisa jual kalau dijualpun tunggu pesta. Kalau misalnya petani dalam situasi kekurangan uang untuk anak sekolah, sulit mendapatkan. Ini marketingnya harus diurus, siapa yang urus, ya pemerintah harus memfasilitasi dengan pihak ketiga atau perusahaan lain yang bisa memfasilitasi pemasaran ternak,” pungkas Kanisius Tuaq. (*/Willy)