INFOKINI.NET, LEMBATA – Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam hal ini dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana melaksanakan kegiatan Audit kasus stunting, Sabtu (9/12/2023).
Pantuan media ini, kegiatan tersebut menghadirkan 3 orang tim pakar yakni Pakar Speasilis Anak, Spesialis Obgyn dan Ahli Gizi.
Hadir juga kepala dinas sosial kabupaten Lembata, Markus Labi Waleng, S.Sos, Camat Nubatukan, Dionisius Ola Wutun, Camat Ile Ape, Kepala Puskesmas Lewoleba, kepala Puskesmas Pada beserta undangan lainnya.
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) kabupaten Lembata, Paskalis Ola Tapobali dalam sambutan pembukanya yang dibacakan oleh asisten Setda Lembata, Donatus Boli Ladjar mengatakan, Diseminasi Audit Kasus Stunting adalah suatu media koordinasi seluruh pemangku kepentingan terkait percepatan penurunan stunting kabupaten dan tim audit stunting kabupaten yang melibatkan OPD terkait, tim teknis maupun tim pakar yang di fasilitasi oleh Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk dan KB kabupaten Lembata.
Dikatakannya, Perhatian pemerintah Kabupaten Lembata terhadap masalah percepatan penurunan stunting menjadi salah satu prioritas, saat ini kasus stunting kabupaten Lembata dengan angka 11.5 %.
“Ini menjadi pekerjaan kita bersama dalam membangun komitmen menurunkan stunting.
Stunting menjadi permasalahan yang harus dihadapi dan ditanggulangi secara terpadu dan terintegrasi melalui kolaborasi semua pihak, baik pemerintah, swasta, tokoh agama, maupun tokoh masyarakat dan yang berperan paling penting adalah dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai individu atau pribadi, dengan membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang, baik bidang kesehatan, bidang ekonomi, pendidikan anak maupun kebahagiaan keluarga, mulai dari penanganan gizi, kualitas sanitasi, kualitas lingkungan, akses pendidikan, akses pelayanan kesehatan hingga sumber-sumber pendapatan keluarga atau rumah tangga,” ungkapnya.
Secara sistem dan regulasi, lanjutnya, telah ditetapkan tim percepatan penurunan stunting tingkat Kabupaten, Kecamatan hingga tingkat Desa.
“Saya berharap kepada semua pimpinan OPD, Camat, Kepala Desa dan pihak pihak yang terlibat dalam percepatan penurunan stunting untuk dapat melakukan rencana aksi yang telah ditetapkan sesuai peran tugas dan fungsi masing-masing secara sinergitas dan kolaborasi dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada sesuai peraturan dan perundangan yang telah ditetapkan melalui perencanaan yang benar sesuai kebutuhan dan dilaksanakan dengan monitoring dan evaluasi yang baik agar memberikan manfaat sebesar besarnya bagi masyarakat,” ucapnya.
Karena, katanya, keberhasilan pembangunan diukur bukan dari seberapa besar anggaran yang kita keluarkan, namun seberapa besar manfaat kegiatan pembangunan yang kita lakukan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Saya berharap kepada seluruh Pimpinan OPD dan pihak-pihak yang tergabung dalam tim percepatan penurunan stunting untuk dapat melaksanakan Rencana Tindak Lanjut Audit Kasus Stunting yang akan disepakati dan ditetapkan pada kegiatan Diseminasi hari ini sesuai peran tugas dan fungsi masing-masing dengan melakukan sinergitas dan kolaborasi, sehingga diharapkan terjadi penurunan angka stunting yang signifikan,” katanya.
“Keberhasilan pertemuan hari ini ditentukan seberapa kuat komitmen kita bersama untuk membangun masyarakat, hal ini akan bisa terlihat nantinya dari indikator-indikator cakupan layanan yang telah dilakukan pada masing – masing OPD. Selamat menjalankan pertemuan Diseminasi Audit Kasus Stunting. Semoga komitmen yang kita bangun kembali dapat menurunkan stunting di Kabupaten Lembata,” tutup Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting kabupaten Lembata, Paskalis Ola Tapobali dalam sambutannya yang dibacakan oleh Asisten Setda Lembata, Donatus Boli Ladjar.
Sementara, tim pakar SPOG, dr. Ina Tukan pada kesempatan itu menyarankan bagi ibu hamil untuk dilarang merokok dan mengkonsumsi miras karena dapat mengganggu pertumbuhan janin.
“Bisa jadi abortus, pertumbuhan janinnya terganggu dan berat badan rendah atau bisa kematian bayi dalam rahim ibunya,” imbuh dr. Ina Tukan.
Dr. Ina Tukan juga menyarankan agar ibu-ibu dapat mengelola berat badan agar tetap ideal.
“Setiap ibu itu beda-beda. Ideal ibu A dan B berbeda. Maka dari itu, Konsul ibu bidan ke ahli gizi. Banyak minum air putih dan istirahat (tidur) yang cukup. Ibu bekerja secukupnya, jangan ibu hamil seperti ibu tidak hamil,” tegas dr. Ina Tukan.
Dr. Osy Beyeng spesialis anak mengatakan, biasanya anak-anak dengan penyakit penyerta itu salah
satu faktor beresiko Stunting karena asupannya.
“Asupannya kurang atau asupannya benar, perhitungannya kita benar, masuknya yang tidak benar. Jadi kita harus evaluasi asupan,” terang dr. Osy Beyeng.
Sementara, Rofina Hulu Rau, S.Gz selalu Ahli Gizi menyarankan agar untuk mengatasi Stunting yang pertama adalah terpenuhi kebutuhan gizi sejak hamil.
“Mengenai pembagian makan minum lebih fokus ke ahli gizinya karena yang paham itu adalah ahli gizinya,” papar Rofina.
Dijelaskannya, asi eksklusif sampai umur 6 bulan dan berikan makanan pendamping ASI dengan memperhatikan 4 bintang yakni karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran.
“Saya yakin bahwa di puskesmas sudah ada. Kiatkan PPAnya supaya pemberian makanan tambahan ini dengan memperhatikan 4 bintang,” tutupnya. (*/Willy)