Scroll untuk baca artikel
Daerah

Isu Sekolah Dokter Dibiayai Pemda Lembata, Jimmy Sunur Tegaskan itu tidak Benar, ini Penjelasannya

2437
×

Isu Sekolah Dokter Dibiayai Pemda Lembata, Jimmy Sunur Tegaskan itu tidak Benar, ini Penjelasannya

Sebarkan artikel ini

INFOKINI.NET, LEMBATA – Menepis isu sekolah dokter dibiayai Pemda Lembata, Yeremias Ronaldy Sunur, MBIomed, SpOG atau akrab disapa Dokter Jimmy Sunur buka suara.

Dijelaskannya, dokter umum ia dibiayai oleh orang tua dari semester awal sampai selesai.

“Saya sekolah kedokteran tahun 2021, waktu itu Lembata baru otonomi jalan 1 tahun. Dari awal saya sekolah dokter dibiayai oleh orang tua saya sendiri,” tegas Jimmy Sunur sapaan akrabnya usai mendaftarkan diri menjadi calon bupati Lembata 2024, Jumat 19 April 2024.

“Pernah ada wacana waktu saya menduduki kuliah semester 5 jamannya pak Ande Manuk, mencoba untuk membiayai saya dengan tujuan hanya 1 supaya saya sebagai anak daerah kembali ke Lembata, tetapi orang tua saya tidak menyetujui dan saya sudah terlanjur semester 5. Saya selesai pada Agustus 2008 langsung PTT mengabdi di Lembata. Itu karena kecintaan saya terhadap Lewotanah,” sambung Jimmy Sunur.

Di tahun 2010, lanjutnya, ada pembukaan formasi CPNS.

“Waktu itu pak Ande mengusulkan 2 orang, saya dan istri saya dan kami mengabdi di sini dari 2009-2010. Tahun 2011 saya tes CPNS di jamannya pak Andreas Manuk dan saya diterima. Waktu itu ada pembukaan spesialis di tahun 2011 akhir, saya tes sekolah spesialis kandungan dan saya diterima dengan 1 kali tes di Denpasar dan prosesnya sangat sulit,” ungkapnya.

Aturan daerah katanya, apabila dibiayai sekolah dari Pemda harus PNS dan ia baru CPNS.

“Tetapi saya katakan bahwa ini peluang yang sangat luar biasa. Kalau disuruh memilih CPNS harus PNS dulu baru sekolah saya pasti pilih sekolah, mengapa?kalau orang PNS setelah sekolah bisa jadi, tetapi PNS belum tentu jadi spesialis kebidanan kandungan,” tegasnya lagi.

Kata Jimmy, pemda Lembata sejak berdiri dari tahun 2000-2024 hanya memiliki 4 dokter spesialis dari jumlah penduduk 147 ribu jiwa.

“Kami hanya berempat saya istri dan ada 2 spesialis, 2 orang itu PNS dibiayai oleh Pemda atau bukan itu bukan urusan saya. Istri saya dibiayai diri sendiri, artinya bahwa profesi ini adalah profesi yang sangat langka. Pemda melihat peluang itu bahwa ada dokter spesialis yang bisa kita tarik,” kata Jimmy.

“Saya sudah katakan kepada orang tua saya yang almarhum, dibiayai atau tidak dibiayai saya tetap kembali ke Lewotanah. Utang saya bukan untuk Pemda tetapi utang saya untuk Lewotanah. Jadi saya tidak punya utang khusus dengan Pemda,” tambahnya.

Ditegaskannya, ia mengundurkan diri dari PNS untuk mengabdi lebih tinggi menjadi bupati Lembata dan mencoba untuk berkarya menjadi bupati Lembata di birokrasi.

“Saya tidak seperti bupati yang lain atau orang dari luar datang di sini jadi bupati. Saya ingin mengabdi sebagai bupati Lembata dan saya tidak ke mana mana, bupati bisa berganti tetapi Lewotanah tidak bisa berganti bagi saya. Ari-Ari saya dan placenta saya di tanam di Lembata,” papar Jimmy.

Pemda belum mampu datangkan dokter spesialis di Lembata bahkan almarhum pak Yance dan siapapun.

“Saya jadi bupati pun dokter tidak hilang. Dokter itu sip seumur hidup, undang-undang kesehatan bupati bisa praktek, kita bisa atur. Kalau istri bapak-bapak dioperasi oleh seorang bupati itu luar biasa,” tukas Jimmy.

Jadi bupati, terangnya, ia bisa mendatangkan teman-teman dokter walaupun APBD belum bisa membiayai.

“Kalau saya jadi bupati, pasti saya akan tarik dokter-dokter lebih banyak. RS bisa banyak dengan dokter spesialis. Masyarakat sehat, APBDnya bagus. Itu kalau bupatinya seorang dokter spesialis. Kalau saya jadi bupati, banyak dokter-dokter Jimi yang datang ke Lembata,” tutup Jimmy Sunur, dokter spesialis kandung ini. (*/Willy)