Scroll untuk baca artikel
Daerah

Simon Nahak : Pancasila Harus Diawali dari Keluarga

174
×

Simon Nahak : Pancasila Harus Diawali dari Keluarga

Sebarkan artikel ini

INFOKINI.NET, ENDE – Bupati kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Dr. Simon Nahak, S.H mengatakan, Pancasila harus diawali dari keluarga.

“Pancasila harus dimulai dari pendidikan dan tentu diawali dari keluarga,” ungkap bupati Simon kepada media ini bertempat di hotel Flores Mandiri, Ende, Rabu (1/6/2022).

Di bidang pendidikan, lanjut bupati Simon, harusnya Pancasila itu sudah digunakan mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi.

“Kemudian, Pancasila inikan sebagai Way of Life yang artinya bahwa mestinya Pancasila dijadikan dasar,” tegas mantan Dosen Fakultas Hukum Universitas Warmadewa tahun 1995.

Dijelaskannya, argumentasi dirinya selalu menggunakan sila keempat Pancasila, musyawarah mufakat.

“Kenapa? karena inspirasi saya hukum tertinggi itu adalah kesejahteraan rakyat artinya bahwa ketika kita menghadapi masalah-masalah, sengketa-sengketa, kasus-kasus yang nyata ketika hukum positif tidak sanggup, bagaimana solusinya, solusinya sudah ada dasar negara Pancasila, kita saling menghargai karena ada sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab, kita juga harus menjunjung tinggi keadilan sosial untuk semua dan jalan keluarnya adalah musyawarah mufakat dan sayapun sudah mengimplementasikan di dalam program kerja saya yang saya sebut program sakti,” tandas mantan Dosen
Magister Kenotariatan Pasca Sarjana Universitas Warmadewa tahun 2016 ini.

Ia juga meminta agar mulai dari sekolah, Paud, SD dan SMP wajib mendapatkan pelajaran Pancasila.

“Saya sebelum datang ke sini (Ende), saya minta dinas pendidikan dan kebudayaan agar mulai dari sekolah, mulai dari Paud, SD, SMP itu harus ada mata pelajaran wajib pancasila,” ungkap orang nomor satu di kabupaten Malaka kepada media ini bertempat di hotel Flores Mandiri, Rabu (1/6/2022).

Sebab kalau itu tidak dilaksanakan, lanjutnya, dirinya khawatir jangankan sepuluh tahun, dua tiga tahun ke depanpun tentu anak-anak disuruh hafal Pancasila, bisa-bisa tidak tahu.

“Atau siswa-siswi bisa bertanya kembali, Pancasila itu apa,” ucap mantan mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang. (*/Willy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *