INFOKINI.NET, KOTA KUPANG – Plan Internasional Jerman menggandeng Plan Internasional Indonesia menerapkan Proyek Bersama Anak Siaga Bencana Sejak Dini (BERANI) di dua kabupaten, yakni Di Lembata ada 6 Desa dan 7 Sekolah, Nagekeo 7 Desa 7 Sekolah dengan dukungan dana dari GFFO (Kementrian Luar Negeri Jerman) melalui GNO (Plan International Jerman), dalam proyek “Disaster Risk Reduction of vulnerable coastal communities through humanitarian disaster preparedness at schools in the districts of Lembata and Nagekeo, East Nusa Tenggara, Indonesia”, yang dikenal dengan proyek BERANI.
Plan Internasional indonesia bekerja sama dengan Mitra, Yayasan Bina Sejahtera (YBS) di Kabupaten Lembata dan Yayasan Flores Sejahtera di Kabupaten Nagekeo telah mengimplementasikan proyek ini sejak *1* November 2017 dan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.
Bjorn Kluver, Disaster Risk Management Specialist, Plan International Germany, kepada media ini, Senin (17/12/2018) mengatakan bahwa program ini dilakukan di masyarakat, sekolah dan pemerintah dengan tujuan untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
“Karena kami menyadari bahwa masyarakat Nagekeo dan Lembata ini berada di daerah rawan bencana sesuai dengan hasil kajian gempa, tsunami, longsor dan banjir menjadi ancaman di wilayah-wilayah tersebut. Dukungan ini secara khusus untuk mendukung kaum muda,” ungkap Bjorn
“Jadi alsannya sebenarnya karena kami melihat bahwa, dua wilayah di NTT ini merupakan daerah yang rawan bencana. Kita bisa mengekspos ada yang risikonya sangat besar dari bencana, maka penting sekali bagaimana mencoba mengurangi risiko bencana yang ada dan membangun kapasitas masyarakat” terang Bjorn
Lanjutnya, untuk mempersiapkan diri terhadap bencana itu perlu dibangun kesadaran masyarakat sehingga bisa mengurangi dampak bencana itu sendiri dan lebih banyak menyelamatkan jiwa dan bahkan mengurangi jumlah uang yang dikeluarkan akibat bencana itu sendiri.
Program ini diimplementasikan dari level nasional dengan dukungan pe gembangan panduan panduan praktis, di level kabupaten pada bagian kebijakan dan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dqn kesiapsiagaan dalam program prioritas pembangunan daerah.
“Kami juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk membangun kesiapsiagaan dan program Sekolah Aman.
“Di tingkat Desa, Plan bekerja sama dengan komunitas desa dalam hal membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Proyek ini sebagai model, sekaligus memberikan contoh bagi pemerintah untuk melanjutkan program ini sehingga tetap terjaga dan terus berlanjut secara mandiri” tandasnya.
Sementara, terkait keberlanjutan, kata Roby, Plan berharap banyak pembelajaran dan praktek baik yang sudah dilakukan dalam proyek ini kiranya bisa diteruskan atau diadaptasikan oleh pemerintah daerah maupun aktor-aktor lain, terutama pembelajaran melibatkan anak, orang muda dan perempuan sebagai agen perubahan dalam program Pengurangan Risiko Bencana dan Sekolah Aman. (Willy)