Scroll untuk baca artikel
Daerah

SMPN 5 Lebatukan Refreshing Sambil Belajar di Tiwa Ua

599
×

SMPN 5 Lebatukan Refreshing Sambil Belajar di Tiwa Ua

Sebarkan artikel ini

INFOKINI.NET, LEMBATA – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Lebatukan, kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) Sabtu (14/5/2022) melakukan refreshing (Penyegaran) di Tiwa Ua.

Refreshing sekaligus belajar tersebut melibatkan, kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan bersama sebagian siswa-siswi dan orang tua mengunjungi lokasi perjuangan rakyat Leragere menumpas penjajah di Tiwa Ua.

Lokasi yang berjarak kurang lebih 2 KM ini di tempuh dengan berjalan kaki.
Kegiatan ini merupakan bagian dari sebuah proses pembelajaran bagi siswa untuk mampu melihat potensi yang dimiliki oleh Desa, juga sebagai bagian dari menimbah spirit perjuangan pahlawan.

Jika di buat kajian sesungguhnya generasi zaman ini terjebak pada pola komsumerisme yang instan. Dari kegiatan ini yang mana di isi dengan memasak kacang hutan (Kebaku) dan Balam (Weo). Sesungguhnya mengajarkan tentang perjuangan beradaptasi dan bertahan hidup orang tua pada zaman dahulu. Orang tua dahulu telah berpikir kreatif untuk memanfaatkan hasil alam mencukupi kebutuhan hidup.

Bagi generasi 80-90an, kegiatan memasak kacang hutan (Kebaku) merupakan sebuah aktivitas mengisi waktu liburan panjang maupun libur akhir pekan.

Selain sebagai kegiatan kilas balik sejarah, hal ini dilakukan untuk merangsang kemampuan berpikir siswa-siswi dan berpikir nilai ekonomis dari makanan lokal ini. Kacang hutan bisa dijadikan cemilan asalkan di kelolah dengan baik dan dikemas dengan higienis.

Kegiatan memasak kacang hutan yang dilakukan oleh ibu guru, orang tua perempuan dan para siswi, para guru dan orang tua laki-laki serta siswa melakukan aktivitas mencari katak, udang dan belut di kali, atau sering di sebut dalam bahasa daerah Leragere (Pemo).

Kegiatan ini juga di isi dengan game atau permainan ala kegiatan pramuka.

Menurut Kepala Sekolah SMPN 5 Lebatukan, Laurensius Ahmad K. Nunang, kegiatan ini merupakan sebuah proses pembelajaran bersama alam, juga merupakan bagian dari survei lokasi untuk kegiatan ekstrakurikuler pramuka.

“Kegiatan ini sesungguhnya merupakan kolaborasi guru, siswa dan orang tua untuk sama-sama belajar dan belajar bersama memantau dan memanfaatkan potensi alam kita yang kaya,” ungkap Kepsek Laurensius.

Hal senada juga di sampaikan salah seorang guru yang menjadi inisiator kegiatan ini, sebagai guru mata pelajaran agama Katolik dan budi Pekerti, Kasmirus Tepi atau biasa di sapa Rusland Atawolo menjelaskan bahwa, kegiatan ini bagian dari mensyukuri anugerah alam dengan segala kelimpahan berkat Tuhan bagi manusia.

“Ungkapan syukur tidak hanya didaraskan dalam doa dan pujian tetapi lebih dari itu, manusia harus memerankan perannya dalam tugas Prokreasi Allah,” jelas mantan Mahasiswa STIPAS Keuskupan Agung Kupang ini.

Dijelaskan Ruslan, Medan terjal dan menantang tidak menjadi halangan untuk para peserta mencapai titik yang eksotik dengan menyimpan sejuta cerita perjuangan dan jiwa patriotisme dalam diri POLO AMA dkk.

Untuk diketahui lokasi ini merupakan lokasi pertempuran para pejuang Leragere, kurang lebih tahun 1910 hingga 1914. Orang tua wali yang mengikuti kegiatan mengaku senang dan berharap kegiatan-kegiatan seperti ini rutin dilakukan untuk meningkatkan peran orang tua dalam proses pendidikan di sekolah. Ini bisa menjadi bagian menjadi kerja sama dan keakraban orang tua dan guru untuk menunjang proses pendidikan anak-anak mereka.Kegiatan ini ditutup dengan pose bersama dan pulang ke rumah masing-masing.

Penulis : Kasimirus Tepi, SAG
Editor   : Wili Kristian Kali

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *