INFOKINI. NET, KOTA KUPANG – Politeknik pertanian (Politani) negeri Kupang menerapkan teknologi Pemulsaan dan irigasi tetes (Irigasi Drip) bagi petani di Baumata Timur,Taebenu
Ir. Maria Klara Salli, MP selaku staf dosen politani Negeri Kupang menjelaskan kegiatan ini bertujuan membantu petani dalam hal budi daya tanaman sekaligus mengatasi kekurangan air.
“Jadi dikembangkan teknologi pemulsaan dan irigasi drip atau irigasi tetes sehingga petani lebih efisien dalam memanfaatkan air yang ada,” dan juga efisiensi waktu ungkap Maria saat ditemui PortalNTT, Jumat (24/8/2018).
Menurut Maria, ada dua mitra yang dibina, satu lokasi masing-masing dengan sumber air yang berbeda yaitu sumur bor dan mata air baumata.
“Tetapi kita sudah tahu bersama bahwa di kota Kupang debit air terbatas. Kemudian di satu lokasinya lagi yang bertetangga dengan lokasi pertama itu airnya dari Baumata yang mana petani peroleh seminggu sekali sehingga di lokasi kami buat bak penampung kemudian mengangkat air dan dialirkan menggunakan pipa plastik ke bedengan-bedengan yang sudah di beri mulsa dan teknologi drip irigasi,” terang Maria.
Ditanya tentang jenis tanaman apa saja yang ditanam, kata Maria, pada lokasi petama, ada petsay dan sawi dan sudah dibibitkan cabai dan semangka. Pada lokasi ini ada melon sebanyak 900 pohon, kacang panjang, buncis dan tomat.
“Tomat yang digunakan di sini yaitu tomat betavila mengunakan teknologi pemangkasan pucuk dan jarak tanam, karena kita lihat dari tanaman yang di pangkas pucuk, buahnya lebih seragam, tanaman lebih pendek dan buahnya banyak hanya jarak tanamnya sedang diuji, jarak tanam mana yang sesuai dengan teknologi tersebut. Kami dan petani bekerja bersama-sama sehingga mereka melihat langsung di lapangan,” tutur Maria.
Lanjut Maria, maksud kerja sama antar perguruan tinggi dengan kemenristekdikti, untuk memperkuat petani dalam hal meningkatkan produksi dan pendapatan sehingga hasilnya untuk petani.
“Kami membantu dalam teknologi yang kami punya di perguruan Tinggi dan pendanaannya dari Kemenristek Dikti,” kata Maria.
Dia berharap agar hasilnya dapat dijual dan bisa mendapatkan keuntungan berkelanjutan lagi.
“Selain itu juga ada teknologi budi daya yang baik dalam hal tanam menanam dan juga bagaimna mereka terus merotasi tanaman dalam kebun sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan kebun tidak mengalami penurunan kesuburan tanah dan ledakan hama dan penyakit,” imbuh Maria.
Pada kesempatan yang sama, M.Basri,SP.M.Si selaku dosen politeknik pertanian Negeri Kupang, Jurusan Managemen Pertanian Lahan Kering mengatakan, dari sitem pembukuan dari pada usaha tani sangat penting. Karena menurut Basri, biasanya petani tidak pernah berpikir untuk menghitung berapa biaya yang dikeluarkan dan berapa penerimaan yang didapat sekaligus keuntungan yang diperoleh.
“Tetapi biasanya petani mendapatkan hasil, dianggap maksimal tanpa menghitung biaya produksinya. Sehingga kenapa harus ada sitem pembukuan usaha tani supaya untuk melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha budi daya, penerimaannya dan pendapatannya berapa,” kata Basri.
Lanjut Basri, tujuan dari pembukuan pada usaha tani adalah, untuk mengetahui seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk melatih petani.
“Sekecil apapun, dalam pencatatan harus dicatat sehingga kita mengarakan petani lebih teliti dalam menghitung, mencatat dari komponen-komponen yang dikeluarkan terutama pada saat perawatan tanaman, biasanya ada biaya-biaya yang tidak dihitung oleh petani,” tandas Basri
Lebih lanjut, kata Basri, biasanya tenaga kerja dalam keluarga itu tidak dihitung, padahal itu seharusnya harus dihitung, dikonversi ke dalam upah yang digunakan tenaga kerja dalam keluarga yang seharusnya butuh tenaga kerja dari luar tapi petani lupa menghitung.
“Padahal kita bekerja di luar kita juga harus mendapatkan yang namanya upah, dan upah itu yang layak kita dapatkan,” tegasnya.
Menurutnya, tujuannya dari kegiatan ini diharapkan sekecil apapun, pencatatan di dalam usaha tani sangat dibutuhkan untuk melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh.
“Kenapa supaya petani itu bisa mandiri dalam kelompok taninya. Kita mengharapkan dari kegiatan-kegiatan sepeti ini tidak semata-mata mengharapkan bantuan-bantuan terus tetapi sudah bisa lebih mandiri. Itu prinsip dari pelaksanaan kegiatan ini, agar petani harus serius dan tekun dalam kegiatan ini. Kami hanya memberikan pendampingan, motivasi dan bantuan tetapi keberlanjutan dari kegiatan ini sebenarnya sangat tergantung dari petani sendiri. Petani kalau mau berhasil harus serius,” tandas Basri.
Sementara itu Yustus Bagahing salah satu petani yang dibina, mengatakan bahwa hasil yang diperoleh dijual demi kepentingan keluarganya.
“Hasilnya untuk kami sendiri. Politani membantu selang irigasi, bibit, pupuk, pestisida, pipa, plastik, bak air, dan plastik mulsa, sekaligus membimbing dan mengarahkan kami dengan ilmu yang mereka miliki kepada kami petani,” tutup Yus sapaan akrab. (Willy)