INFOKINI.NET, LEMBATA – Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Anselmus Asan Ola mengatakan bahwa, akhir-akhir ini kekerasan seksual sering terjadi di kalangan masyarakat dan sering menjadi korban adalah anak-anak sekolah.
Untuk mengantisipasi hal-hal serupa yang terjadi dikemudian hari, kepala dinas Anselmus Asan Ola mengadakan pertemuan dengan P2PA, dinas kesehatan, dinas sosial, dinas kominfo dan para camat se-kabupaten Lembata bertempat di kantor dinas pendidikan kabupaten Lembata, Kamis (2/2/2023).
Anselmus mengatakan, ada kasus seksual yang pelakunya orang dewasa terhadap anak dan akhir-akhir ini anak dengan anak juga sudah mulai ada.
“Bentuk perhatian kita, tadi kita mengundang dari P2PA dari dinas kesehatan, dinas sosial, dinas kominfo para camat untuk mendiskusikan bagaimana cara mencegah agar kejadian ini jangan terulang lagi ke depan karena kasus anak-anak yang menjadi korban,” katanya.
“Memang ranah kami terbatas, tetapi paling tidak untuk membantu kami di dunia pendidikan, mencari tau akar masalahnya apa sebenarnya. Sehingga tadi kami tahu bahwa akar masalahnya karena perhatian terhadap anak itu kurang. Perhatian orang tua terhadap anak itu kurang sekali,” sambung Anselmus.
Sebagian orang tua, lanjut mantan kaban Kesbangpol Lembata ini, menganggap bahwa pendidikan itu tanggung jawab guru dan sekolah.
“Sebenarnya kita semua bertanggung jawab. Anak di sekolah hanya 5 jam dan belasan jam itu sama-sama dengan kita di rumah di tengah masyarakat. Maka kehadiran para camat tadi sangat penting bagaimana menjaga anak-anak kita ketika mereka sudah keluar dari pintu gerbang sekolah,” tegas mantan camat Lebatukan itu.
“Sehingga ada isu penculikan anak dan lain sebagainya, itu menjadi tanggung jawab semua. Tanggung jawab pemerintah, para kepala wilayah, desa, lurah untuk bagaimana mengamankan anak-anak karena guru itu hanya mengantar sampai pintu gerbang, dia tidak bisa antar satu per satu sampai di rumah,” tandas Anselmus.
Maka, kata Ansel Bahi sapaan akrab Anselmus Asan Ola, peran stekholfer yang diundang datang tadi itu untuk sama-sama berpikir bagaimana caranya agar anak-anak bisa aman dari rumah sampai sekolah.
“Hasil rapat terkait kekerasan terhadap anak, kami punya kesimpulan bahwa mereka itu adalah korban. Pertama, korban karena perhatian orang tua kurang dan korban karena teknologi. Orang tua yang hanya memikirkan kerja dibandingkan menjaga anaknya. Tidak perhatikan anaknya saat buka dan bermain handphone. Ini dia buka handphone ni bagus tidak, yang dibuka itu positif atau negatif,” tutup Anselmus Asan Ola, orang nomor satu di dinas pendidikan kabupaten Lembata. (*/Will)