Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola, Ap.,M.Si
INFOKINI.NET, LEMBATA – Terkait rencana akan dibangun Sekolah Dasar (SD) di Waisesa kawasan Hunian Tetap (huntap) yang merupakan wilayah terdampak bencana erupsi Ile Lewotolok pada 2020 dan banjir bandang 2021 silam di Waisesa Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini cerita Kadis Pendidikan kabupaten Lembata, Anselmus Asan Ola.
Ansel Bahi sapaan akrab Anselmus Asan Ola, Jumat (2/12/2022) kepada media ini menceritakan awal mula membangun komunikasi dengan Yayasan Cakra terkait rencana pembangunan Sekolah Dasar (SD) di Waisesa.
Cerita Ansel Bahi, yayasan Cakra yang pernah melakukan trauma healing (suatu proses pemberian bantuan berupa penyembuhan untuk mengatasi gangguan psikologis seperti kecemasan, panik, dan gangguan lainnya karena lemahnya ketahanan fungsi-fungsi mental yang dimiliki individu) untuk anak-anak di Tanjung Batu.
Pada waktu itu, lanjut cerita Ansel Bahi, dalam acara santai-santai, dirinya menyampaikan kepada mereka (yayasan Cakra) bahwa bisa tidak dari yayasan bangun sekolah, karena menurutnya, mereka (Masyarakat) semua akan pindah ke Waisesa.
“Bisa tidak dari yayasan Cakra membangun sekolah. Cukup 1 atau 2 ruangan tidak apa-apa,” tanya kadis pendidikan Ansel Bahi.
“Permintaan saya waktu itu ditanggapi positif oleh yayasan Cakra. Jawab mereka, sudah kami pulang konsolidasikan dulu, kami bangun komunikasi dengan para donatur kami, nanti baru kami kasih info,” sambung mantan kaban Kesbangpol Lembata, Ansel Bahi menirukan.
Dan 3 hari lalu, Selasa 29/11/2022, lanjutnya, mas Putro dari yayasan cakra, via WhatsApp kepada dirinya, kalau bisa hari Rabu
30/11/2022 ada zoom meeting.
“Saya bilang wah, mudah-mudahan ada titik terang. Sebelum-sebelumnya mereka kirim gambarnya, terus minta bantuan konsultan perencana untuk menghitung RAB sesuai harga lokal. Setelah mengirim, tidak ada berita lagi. Jadi zoom meeting hari Rabu jam 3.30 itu mereka tanya tentang kesiapan lahan. Lahan Pemda sudah siapkan dari pembagian kawasan pemukiman baru,” tandas mantan sekretaris dinas kesehatan kabupaten Lembata.
“Mereka juga bertanya tentang kesiapan listrik dan jaringan sudah sampai di atas Waisesa atau belum. Kalau sudah jadi, tinggal disambung saja ke gedung.
Terus tentang air, air sudah dibangun tandon besar di atas bukit pemukiman. Kalau saat pembangunan, mobil tangki bisa masuk bawa air ke sana,” sambungnya.
Ansel Bahi mengakui bahwa pertanyaan yang belum bisa ia jawab adalah struktur Pertanahan.
“Apakah struktur tanahnya keras atau tidak, apakah dibutuhkan di soldier dulu atau bagaimana. Dan kemarin saya sudah konsultasi dengan teman-teman di sana yang buka lahan untuk meratakan itu, dari pihak PU dan konsultan perencana katanya tanahnya keras di atas batu-batu jadi tidak perlu di soldier lagi,” kata mantan camat Lebatukan ini.
Menurutnya, rencana hari Senin 5/12/2022 yayasan Cakra sudah sampai Lembata. Hanya, katanya, karena gempa di Cianjur, maka perhatian yayasan Cakra lari ke Cianjur.
“Sehingga mereka jadi ke sini (Lembata) pada bulan Januari 2023 untuk persiapan lahan dengan mencari kontraktor yang pas untuk membangun. Rencana pembangunannya bulan
Februari 2023,” ucap Ansel Bahi.
Ditegaskan, ia memahami bahwa APBD kabupaten Lembata saat ini lagi tertekan.
“Tidak mungkin membangun satu gedung secara lengkap itu untuk 1 tahun. Itu tidak mungkin karena anggaran kita terbatas sekali. Anggaran yang masuk ke dinas pendidikan untuk sarana prasarana fisik semuanya lebih besar dari DAK, 99% dari DAK bukan DAU sehingga kita mencari jaringan ke sana ke mari, kira-kira dari pihak-pihak mana yang mau membantu,” terang pria berdarah Adonara, Flores Timur itu.
“Akhirnya yang pertama 2 sekolah sementara dibangun yakni SD Inpres tanah Merah dan SDK Lewotolok, itu kan bantuan dari Konsorsium antara CNN Bank Mega dan Trans Mart dan sekarang sudah bangun dan target mereka Januari selesai sehingga February atau Maret sudah bisa dimanfaatkan oleh anak-anak sekolah kita yang sekarang. Untuk SDI Tanah Merah mereka masih sekolah di tenda sedangkan SDK Lewotolok mereka masih sekolah di gedung yang sementara di bangun oleh keuskupan Larantuka,” tambahnya.
Dua sekolah itu, jelasnya, dibangun oleh konsorsium yang sama.
“Memang kita punya PR masih ada yaitu SMPN Satap Hamahena. Untuk di Waisesa sementara mereka sekolah dulu, kita minta ijin gedung Adi Karya lama untuk TK dulu. Kita tetap berjuang karena kita tahu bahwa APBD kita tertekan. Sementara persiapan untuk pemilu 2024 dan pengembalian dana Pen dan lain sebagainya,” tegasnya.
“Jadi kita cari cara yang lain dan kita sudah komunikasi itu dan sudah dapat membangun 2 dan tambah 1 lagi di bulan Februari nanti. Mudah-mudahan lanjut nanti ada jalan keluar. Tuhan dan Lewotanah akan kasih jalan,” tutup Anselmus Asan Ola, kadis Pendidikan kabupaten Lembata dalam doa.
Untuk diketahui, Yayasan Cakra merupakan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak membantu khususnya kawasan-kawasan yang terdampak bencana. (*/Willy)