Scroll untuk baca artikel
Daerah

BPIP, Pemprov NTT Beserta Unflor Ende Gelar Napak Tilas Penggalian dan Perumusan Pancasila 1918-1945

262
×

BPIP, Pemprov NTT Beserta Unflor Ende Gelar Napak Tilas Penggalian dan Perumusan Pancasila 1918-1945

Sebarkan artikel ini

INFOKINI.NET, ENDE – Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila Tahun 2022 yang mengangkat tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Universitas Flores menyelenggarakan “Napak Tilas Penggalian dan Perumusan
Pancasila 1918-1945.

Seminar Merayakan Pemikiran Jenial Bung Karno Tentang Pancasila di Ende ini terjadi pada Selasa 31 Mei 2022 di auditorium Universitas Flores.

Berikut Narasumber, Moderator dan pembawa acara dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a) Narasumber:
1. Sisi Filosofis: Ende sebagai Rahim Intelektual Pancasila Sukarno.

a. P. Leo Kleden SVD, (Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero)
b. Aloysius B Kellen, (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan/STKIP
SIMBIOSIS ENDE).

2. Sisi Historis: Genealogi Pemikiran Pancasila Sukarno
a. Dr. Anhar Gonggong, M.A. (Sejarawan)
b. Syaiful Arif (Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila /PSPP).

3. Sisi Dialektika: Merayakan Pemikiran Genial Bung Karno, “Menyelami EthicoReligious Ketuhanan yang Berkebudayaan” oleh Dr. Muhammad Sabri, MA, (Direktur
Pengkajian Kebijakan PIP BPIP).

4. Refleksi oleh Aris Heru Utomo, S.H., MBA., M.Si.,(Direktur Pengkajian Materi PIP BPIP).

b) Moderator: Ellias Cima M.Si, STPM Santa Ursula dan Achmad Uzair, BPIP.

Tema tersebut diatas terbagi ke dalam tiga sub-tema, sebagai berikut:

I. Perspektif Filosofis: Ende sebagai Rahim Intelektual Pancasila Sukarno.
Dalam kaitan ini, narasumber dimohon berbicara tentang:

1. Sejarah kedatangan dan aktivitas Sukarno di Ende selama masa pengasingan pada tahun 1934-1938.

2. Menjelaskan aktivitas intelektual Sukarno di Ende, baik dalam kegiatan kesenian beliau (teater) hingga dialog intensnya dengan para pastor Katolik, serta dampaknya pada perkembangan pemikiran tentang Pancasila.

3. Menjelaskan konteks kultural masyarakat Ende yang majemuk yang menguatkan nilai-nilai Pancasila yang nasionalis dan pluralis.

4. Kajian filosofis tentang Pancasila perspektif pemikiran Sukarno secara umum, yang dikuasai oleh narasumber.

II. Perspektif Historis: Genealogi Pemikiran Pancasila Sukarno.

Dalam kaitan ini, narasumber dimohon berbicara tentang:

1. Sejarah pemikiran Sukarno muda dari keaktifannya di Sarekat Islam pada 1916-1921, penemuannya atas nasionalisme di Bandung pada dekade 1920-an, perumusan Marhaenisme, hingga signifikansi Ende sebagai kota perumusan ide Pancasila.

2. Menjelaskan genealogi intelektual Sukarno dari gagasan awal yang dianutnya, yakni sosialisme Islam, nasionalisme, Marhaenisme hingga Pancasila.

3. Menjelaskan gagasan nasionalisme Sukarno dan peran utama gagasan itu di dalam Pancasila.

4. Menjelaskan sintesa antara Islam, nasionalisme dan sosialisme dalam pemikiran Sukarno serta proses metodologisnya dalam pembentukan Pancasila.

III. Perspektif Dialektis: Menyelami Ethico-Religious Ketuhanan yang
Berkebudayaan dan Kontekstualisasi dalam Kehidupan Berbangsa

Dalam kaitan ini, nara sumber dimohon berbicara tentang:

1. Gagasan ketuhanan yang ditemukan Sukarno di Ende.

2. Gagasan ketuhanan dan keislaman dari Sukarno yang dirumuskan dalam Pancasila.

3. Gagasan ketuhanan yang berkebudayaan dari Sukarno, serta konsep ethico-religious
dari nilai tersebut.

4. Urgensi spirit ketuhanan yang berkebudayaan sebagai nilai yang memperkuat kemajemukan bangsa Indonesia di tengah ancaman ekstremisme keagamaan.

5. Kontekstualisasi aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

6. Kontekstualisasi Pancasila sebagai materi pembinaan ideologi Pancasila berdasarkan kesejarahan penggalian, kelahiran dan perumusan Pancasila.

Untuk Diketahui, Presiden Joko Widodo telah menerbitkan Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

Keppres ini menetapkan kembali pidato Ir. Sukarno pada 1 Juni 1945 di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK)
sebagai pidato kelahiran Pancasila.

Penetapan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila sebenarnya telah dilakukan oleh Presiden Sukarno sendiri pada 1 Juni 1964.

Sejak saat itu, 1 Juni diperingati sebagai
Hari Lahir Pancasila dan hari libur nasional. Peringatan Hari Lahir Pancasila lalu dilakukan secara resmi sejak 1964 hingga 1968, di dua tahun awal pemerintahan Orde Baru.

Akan tetapi sejak 1970, peringatan tersebut ditiadakan karena terdapat informasi sejarah yang reduktif. (*/WK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *