Scroll untuk baca artikel
DaerahOlahraga

Catatan Pinggir Lapangan Turnamen Nobo Buto Cup I

2145
×

Catatan Pinggir Lapangan Turnamen Nobo Buto Cup I

Sebarkan artikel ini

Oleh:

Rusland Atawolo

INFOKINI.NET, LEMBATA – Euforia kemenangan dan luapan kekecewaan atas kekalahan telah berlalu. Kini semua kembali pada rutinitas dan profesi masing-masing. Untuk diketahui turnamen Volly dimulai sejak tanggal 3 Desember hingga 14 Desember 2023. Dengan melibatkan 8 Tim Putra dan 7 Tim Putri. Keenaman Nuhanera Tapobaran berhasil keluar sebagai yang terbaik baik tim putra maupun putri.

Di partai puncak yang dihelat pada Kamis 14 Desember 2023 sore hingga malam hari, tim putri Nuhanera berhadapan dengan Lorena Lodotodokowa, sementara tim putra ditantang tim kuat Wade Nio A Balurebong. Dengan demikian maka Lorena Lodotodokowa putri menjadi runner up untuk putri dan Wade Nio A Balurebong sebagai runner up tim putra. Untuk posisi ketiga dan keempat yang dilangsungkan pada hari Rabu 13 Desember saling berhadapan Tim Putri Kamlat Lewoeleng VS Wade Nio Balurebong Putri yang dimenangkan oleh Wade Nio Balurebong.

Sementara untuk Tim Kamlat Lewoeleng Putra VS Tim Lorena Lodotodokowa dimenangkan tim putra Kamlat Lewoeleng. Namun ada beberapa catatan pinggir lapangan yang coba penulis uraikan, bukan bermaksud untuk menjustifikasi panitia penyelenggara, atau salah satu tim baik yang menang maupun yang kalah tetapi sekedar sebagai suatu ulasan untuk mengembalikan memori terhadap spirit dari penyelenggaraan turnamen ini. Tujuan dari penyelenggaraan turnamen adalah menggali potensi dan atau kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang Leragere. Menilik dari tujuannya yang bersifat positif maka perlu juga dilihat segala aspek secara positif. Hal-hal positif dari penyelenggaraan turnamen dapat diuraikan sebagai berikut:

Panitia

Penulis melihat ada prospek yang besar dalam diri panitia yang menyelenggarakan kegiatan ini. Ada semangat berkorban, layaknya persatuan yang ditunjukkan oleh para pendahulu yakni Polo Ama dkk, dalam memperjuangkan dan mempertahankan Harga Diri orang Leragere dari Penjajah Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa semangat pengabdian, dari generasi sekarang belum pudar. Namun patut juga diakui bahwa panitia masih terjebak sentimen golongan, sehingga terkesan bahwa panitia utusan dari tiap desa wajib hukumnya membela kepentingan desanya. Hal ini bisa menegasikan semangat juang pejuang kita dahulu yakni Polo Ama, Tong Kua, Dori, Toda, Labi Poreng, Rebo Hida, Suku, dan Talele yang mana meninggalkan ego wilayahnya hanya karena suatu panggilan secara simbolik melalui kiriman bulir jagung yang dibakar sampai hangus. Panitia mesti berdiri netral dan melihat keseluruhan wilayah dengan adil dan bijaksana, demi kepentingan bersama. Catatan ini bukan berarti menilai subjek atau menyerang subjek tetapi lebih pada sebuah manajemen organisatoris yang dibangun. Dan bukan berarti bahwa penulis, merasa hebat atau bisa mengurus hal ini, tetapi kembali pada manajemen organisasi yang dibangun pasti ada saja potensi itu dalam diri Putra-Putri Leragere. Toh, Polo Ama yang tampil sebagai pemimpin saat itu juga tidak banyak yang memperhitungkannya. Seperti yang uraikan terdahulu bahwa kita coba melihat dari kacamata positif maka Panitia Nobo Buto Cup I telah memberikan segalanya demi kelancaran kegiatan ini, dan menjadi modal positif bagi penyelenggaraan di tahun-tahun berikutnya, dan harapannya bisa berjilid-jilid.

Pemain

Menilik dari sisi pemain, permainan bisa menarik dan menghibur apabila aktor atau pemain menunjukkan skill dan teknik tinggi di lapangan. Hal ini bisa membuat decak kagum penonton, menarik partisipasi penonton (menambah jumlah penghasilan tiket masuk). Ternyata selama penyelenggaraan kurang lebih 2 minggu telah melahirkan beberapa bintang yang mungkin selama ini dianggap sepele, dan dianggap hanya bisa hura-hura di tempat pesta saja. Ibarat seorang pelaut ulung dan hebat hanya bisa diuji dari seberapa besar gelombang dan badai yang menghalanginya, demikian juga seorang pemain. Pemain yang besar adalah pemain yang telah berdarah-darah di lapangan tak terkira seberapa banyak tetesan keringat yang bercucuran di lapangan. Dari kegiatan ini nampak beberapa potensi yang dimiliki oleh putra-putri Leragere yang harus terus dibina untuk membangun kekuatan besar dalam hal olahraga bola voli.

Suporter

Banyak catatan untuk para suporter dari beberapa perbincangan lepas para penonton. Mulai dari soal, tata krama dan sopan santun yang menjadi ciri nilai ketimuran hingga pada bahaya berlebihan yang muncul saat membakar mercun di saat pertandingan belum tuntas. Namun ada satu pengalaman unik, ketika suporter Wade Nio mewarnai tubuhnya dan menuliskan nama Wade di dada, sedangkan suhu malam Leragere yang sedang dingin-dinginnya di bulan Desember. Dari kegiatan ini, ada potensi pada suporter yang bisa menjadi kekuatan besar bila disatukan. Nuhanera dengan kelompok suporter garis kerasnya, sesuai dengan keberadaan secara geografis di utara Leragere bisa dikatakan sebagai kelompok Ultrasnya Leragere. Sementara Wade Nio Balurebong sebagai kelompok mania. Hemat penulis, jika disatukan bisa menjadi kekuatan besar bagi kelompok suporter Leragere, jika tim Leragere bersatu.

Penonton

Kehadiran penonton dalam pertandingan-pertandingan Nobo Buto Cup I dikatakan sangat luar biasa, karena memenuhi area lapangan Desa Lodotodokowa. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme dari warga Leragere terhadap dunia olahraga sangat baik. Namun, perlu diperhatikan narasi-narasi dalam mendukung tim agar lebih positif membangun mental bertanding pemain bukan malah menjatuhkan dan merugikan tim sendiri.
Turnamen telah selesai, dan tugas berat menanti untuk terus membangun kesadaran dan kekompakan masyarakat Leragere demi sebuah mimpi yang besar di hari-hari mendatang.