INFOKINI.NET, LEMBATA – Pemerintah kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui kepala dinas pertanian dan peternakan kabupaten Lembata mengimbau kepada masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal.
Kepala dinas pertanian dan peternakan kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq kepada media ini Rabu (4/10/2023) menegaskan, instruksi pemerintah untuk mengkomsumsi pangan lokal ini bukan karena harga beras naik.
“Sebenarnya harga besar tidak naikpun itu program pemerintah yang sudah lama. Ada peraturannya,” tegas Kanis Tuaq.
Untuk kebutuhan gizi keluarga, lanjutnya, tidak hanya mengkonsumsi satu jenis makanan tetapi bermacam-macam.
“Dengan situasi kenaikan harga beras saat ini, pemerintah punya solusi salah satunya yaitu mengajak masyarakat yang sudah mengkonsumsi makanan lokal ditingkatkan,”
“Dan yang selama ini mereka belum dan hanya makan beras dari padi, kita harapkan supaya setiap hari wajib mengkonsumsi separuhnya pangan lokal. Contohnya pada saat memasak, 1/2 nya beras padi dan 1/2 nya dicampur pangan lokal seperti beras jagung,” ungkap Kanis Tuaq.
Pangan lokal itu jelasnya, seperti ubi, jagung, kacang-kacangan dll.
“Sehingga dia bisa mengurangi ketergantungan terhadap beras. Kalau dari keluarga sudah seperti itu maka seluruh kabupaten juga bisa menghemat dan itu menurut saya sehat. Kata dokter, makan karbohidrat di luar beras seperti jagung, ubi dll sebelum dokter menyuruh makan. Kalau dokter menyuruh makan berarti kita sudah sakit,” jelasnya.
Dikatakannya, pangan lokal seperti pisang, ubi, jagung dan kacang-kacangan, semua itu masuk dalam pangan lokal yang mempunyai karbohidrat yang menggantikan beras.
“Jadi kalau kita mengkonsumsi, kenyangnya sama dengan cara pengolahannya seperti apa, lauknya kita tidak rubah. Misalnya selama ini dia makan nasi beras, lauknya ikan dan sayur. Yang kita rubah itu kan hanya karbohidrat yang namanya nasi itu digantikan dengan jagung bose, beras jagung, sudah campur-campur, jadi kita harapkan 50% dari yang selama ini tidak mengkonsumsi pangan lokal,” tandas Kanis Tuaq.
Ia mengatakan, mengkomsumsi pangan lokal seperti jagung dapat mengantisipasi penyakit gula.
“Beras jagung itu kadar gulanya rendah kalau beras tinggi, jadi kalau makan campur-campur ya beresiko. Apalagi mereka yang sudah penyakit gula, dokter pasti melarang jangan makan beras dari padi,” jelasnya.
Diutarakan Kanis, sesuai Instruksi bupati Lembata nomor: BU.520/1894/D-PKP/VI/2023 tentang himbauan mengkomsumsi pangan lokal setiap hari Senin dan Kamis (Two Days No Rice).
“Adapun salah satu tujuan ditetapkan to days no rice adalah untuk menjaga inflasi daerah akibat harga beras yang cenderung meningkat,” tutur Kanis.
Namun, lanjutnya, karena harga beras semakin melonjak, bupati instruksikan untuk mengkomsumsi pangan lokal setiap hari.
“Kalau bisa setiap hari makan, jangan tunggu 2 hari senin dan Kamis itu, jangan. Setiap hari makan bukan berarti dia tidak makan nasi dari beras, itu tidak. Dia makan tetapi porsinya dikurangi, kemarin penuh piringnya, sekarang piring sebelahnya isi pangan lokal, sebelahnya isi nasi dari beras padi. Maksudnya begitu,” tutup Kanis Tuaq.