Wakil Ketua Komisi IX DPR RI yang juga Ketua DPD I Partai Golkar NTT Emanuel Melkiades Laka Lena ketika tamil berbicara mengenai eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Indonesia dalam Pertemuan PBB High Level Meeting on Fights against Tuberkulosis (HLMTB) di New York, Jumat (22/9/2023). Foto: Dokumen Pribadi MLL
INFOKINI.NET, NEWYORK – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI yang juga Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena tampil memukau di forum internasional. Melki Laka Lena tampil menjadi salah satu anggota Delegasi RI untuk berbicara mengenai eliminasi Tuberkulosis (TBC) di Indonesia dalam Pertemuan PBB High Level Meeting on Fights against Tuberkulosis (HLMTB) di New York, Jumat (22/9/2023).
UN High Level Meeting on Fight against Tuberculosis (HLMTB) adalah proses yang berlangsung setiap lima tahun untuk memantau pencapaian target global dalam upaya eliminasi tuberkulosis di tingkat global dan nasional.
UN HLMTB pada tahun ini juga akan menghasilkan Political Declaration HLMTB 2023 sebagai outcome dan komitmen dalam lima tahun mendatang.
“Dalam forum ini kami menyampaikan bahwa negara Indonesia berkomitmen kuat dalam mengeliminasi tuberkulosis pada tahun 2030, mengingat saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua dunia dalam hal kasus penyakit tuberkulosis setelah India,” kata Melki Laka Lena dilansir dari SelatanIndonesia.com.
Dijelaskan Melki Laka Lena, untuk mempercepat tujuan ini, Indonesia telah merevisi Strategi Nasional TBC untuk 2020-2024 dan rencana interim untuk 2025-2026.
“Kolaborasi dan sinergitas sangat diperlukan untuk upaya eliminasi TB. Peran antara pemerintah pusat dan daerah yang sudah dituangkan di dalam beberapa regulasi harus diimplementasikan dan dikoordinasikan secara efisien. Pelibatan berbagai pemangku kepentingan juga sangat krusial,” sebutnya.
Melki Laka Lena mengatakan, sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ia dan jajarannya berkomitmen untuk mendukung penuh pendanaan program TB dan penyesuaian kebijakan terutama untuk mendesentralisasi layanan sampai ke tingkat faskes primer, serta memperluas cakupan jaminan kesehatan bagi pasien TBC.
“Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan sangat esensial untuk memajukan upaya diagnostik, obat, dan vaksin TB. Semua inisiatif ini tentu memerlukan mekanisme pembiayaan inovatif untuk memastikan sustainabilitas/keberlanjutan program TB di Indonesia,” kata Melki Laka Lena.
Komitmen Indonesia dalam mengakhiri Tuberkulosis (TBC) dibuktikan dengan dicapainya notifikasi kasus tertinggi dalam sejarah Indonesia. Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada 2022, naik dari 568.000 kasus sebelum pandemi.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam Pertemuan PBB High Level Meeting on Fights against Tuberkulosis (HLMTB) di New York pada Jumat (22/9/2023) lalu.
“Ukuran sebenarnya dari kesuksesan kita adalah nyawa yang kita selamatkan. Keseriusan Indonesia untuk akhiri TBC dilakukan mulai dari menciptakan gerakan dilevel akar rumput hingga kerjasama di level Internasional,” kata Menkes Budi melalui keterangan resminya, Minggu (24/9/2023) dilansir dari westjavatoday.
Dijelaskan, Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden tentang pengendalian TBC pada 2021, yang merupakan komitmen politik tertinggi untuk mengakhiri TBC. Dan melakukan koordinasi dan sinkronisasi antar 15 kementerian yang berbeda.
Menkes mengatakan Indonesia juga berkolaborasi dengan masyarakat dan kader Kesehatan. Selain itu melakukan investigasi kontak pada 300 ribu populasi berisiko tinggi dan membentuk Pasukan TBC untuk memantau pasien yang mangkir.
Indonesia mendorong inovasi dalam diagnostik TBC, meningkatkan surveilans TBC, serta menggunakan tiga jenis diagnostik berbasis PCR dengan memanfaatkan lebih dari 1.000 laboratorium BSL-2 yang sebelumnya didedikasikan untuk COVID-19.
Menkes menyebut Indonesia juga menjadi salah satu negara pertama di Asia yang menerapkan pengobatan BPaL dan BPaLM untuk TBC yang resisten terhadap obat secara nasional.
“Sehingga secara signifikan dapat mengurangi durasi pengobatan, dan meningkatkan hasil pengobatan pada pasien yang resisten terhadap obat,” katanya.
Lanjutnya, Indonesia juga secara aktif berkontribusi pada tiga uji klinis vaksin baru TBC. Bersama Bill & Melinda Gates Foundation dan GlaxoSmithKline untuk uji klinis fase tiga vaksin protein rekombinan.
Kedua bersama BioNTech dan Biofarma untuk uji klinis fase satu vaksin mRNA dan ketiga bersama CanSinoBio dan Ethane: untuk uji klinis fase satu vaksin berbasis virus-vektor.
Indonesia bersama Nigeria, Filipina, dan Polandia menginisiasi terbentuknya aliansi negara yang memperjuangkan investasi global untuk inovasi agar dapat menemukan alat yang lebih efektif, setara dan terjangkau dengan teknologi terbarukan.
Selain itu, Indonesia bersama Brazil juga duduk sebagai Co Chair pada Dewan Akselerator Vaksin TBC WHO. Selain itu Indonesia juga bekerja sama dengan Komunitas TB global di 11 negara untuk berpartisipasi dalam Koalisi Pemimpin untuk mengakhiri TBC.
UN High Level Meeting on Fight against Tuberculosis (HLMTB) adalah proses yang berlangsung setiap lima tahun untuk memantau pencapaian target global dalam upaya eliminasi tuberkulosis di tingkat global dan nasional.
Indonesia adalah pelopor dalam agenda TBC di G20 dan menjadi negara pertama yang memiliki aturan yang ditetapkan oleh Kepala Negara.
UN HLMTB pada tahun ini juga akan menghasilkan Political Declaration HLMTB 2023 sebagai outcome dan komitmen dalam lima tahun mendatang.****