Direktur RSUD Lewoleba, drg. Yoseph Freinandemets Paun
INFOKINI.NET, LEMBATA – Direktur RSUD Lewoleba- Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), drg. Yoseph Freinandemets Paun angkat bicara terkait ketiadaan dokter bedah selama seminggu yang mengakibatkan penanganan bedah pasien emergency harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Drg. Yoseph Freinandemets Paun kepada media ini bertempat di ruang kerjanya, Senin (6/3/2023) mengatakan, pihak management Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba menyampaikan kepada masyarakat bahwa dokter Residen Bedah itu sudah ada sejak tanggal 3 pagi sesuai jadwal pesawat pagi.
“Dan pagi itu sudah langsung masuk operasi atau melakukan pelayanan. Jadi keterlambatan dokter bedah ini disebabkan karena cuaca dan juga jadwal pesawat ke Lewoleba baru adanya di tanggal 3 pagi,” ungkap Direktur Yos Paun sapaan akrabnya.
“Pelayanan dokter bedah sudah berjalan seperti biasa,” sambung Direktur Yos Paun.
Dijelaskannya, terkait rujuk atau tidak itu adalah ada indikasi atau tidak.
“Terkadang dokter bedah atau dokter lain juga kita rujuk atas indikasi tertentu. Biasa proses merujuk itu, kita tidak membiarkan pasien jalan sendiri tetapi didampingi oleh perawat atau petugas dengan peralatan lengkap disertai oksigen dan infus,” jelas orang nomor satu di RSUD Lewoleba.
Diakuinya, memang sempat kosong 1 Minggu karena dokternya pulang dengan alasan orang tuanya sakit.
“Alasan kemanusiaan. Kita ini kerja memanusiakan pasien, tetapi yang memanusiakan pasien itu juga manusia. Dia juga punya keluarga, dia dalam posisi tertekan, sudah berusaha bertahan tetapi dia juga stres. Kalau kita menahan orang dalam keadaan stres, pikirannya sudah ke orang tuanya yang pasti pelayanannya akan terganggu,” ucapnya.
Dari segi hak asasi manusia, lanjutnya, kita melanggar hak orang.
“Atas pertimbangan kemanusiaan, dia harus pergi lebih dahulu untuk menemani mamanya karena sakitnya cukup parah, serius dan semakin drop. Sehingga sebagai manusia tidak mungkin membiarkan itu. Setidaknya di saat-saat terakhir dia bersama ibunya. Karena bapaknya baru saja meninggal belum genap setahun,” terang drg. Yos Paun.
Dokter itu cukup berprestasi, kata direktur Yos Paun, dalam sehari dia bisa melakukan operasi sebanyak 8 pasien dan bahkan hari Minggu juga bisa sampai 5 pasien.
“Dia pecahkan rekor operasi itu sampai 66 kasus, selama 2 bulan berada di Lembata. Itu pecah rekor. Dokter Residen, dokter Angga namanya,” sebut drg. Yos Paun.
“Dia pulang setelah 2 bulan dan diganti. Dokter yang ini dia bertugas selama kurang lebih 2 bulan terhitung tanggal surat tugas. Dokter yang sekarang dari Udayana Bali. Sehingga Udayana Bali kerja sama residen ini bukan hanya dengan RSUD Lewoleba saja, tapi hampir semua rumah sakit di arah Timur, dia kerja sama sampai Papua dan kepulauan Aru. Mereka inikan rotasi, berputar semua rumah sakit. Kalau dia dapat di kepulauan Aru dan dari kepulauan Aru berikutnya ke rumah sakit Lewoleba dan ke Papua, itu membutuhkan waktu. Sehingga dia harus lebih awal pulang dan yang datang itu pasti sedikit terlambat. Dan itu terjadi bukan baru sekarang tetapi setiap 2 bulan itu begitu. Pasti akan ada jeda. Jadi sekarang pelayanan dokter bedah sudah bisa dilayani dengan baik,” tegas drg. Yos Paun.
Selama seminggu banyak pasien yang rujuk, dari pihak management RSUD Lewoleba, Direktur RSUD Lewoleba menyampaikan permohonan maaf tetapi sifatnya sangat teknis.
“Kita tidak bisa menghindari hal itu. Tetapi untuk sekarang, masyarakat sudah bisa memeriksa kesehatan terutama tentang dokter bedah yang beberapa hari menjadi keluhan,” tutup direktur RSUD Lewoleba, drg. Yoseph Freinandemets Paun. (*/Will)