INFOKINI.NET, LEMBATA – Oknum wakil kepala sekolah SMPS Apis Lamalera kecamatan Wulandoni diduga menganiaya kepala desa Lamalera A, Yakobus Gelau.
Kepala desa Lamalera A, Yakobus Gelau didampingi istrinya kepada media ini Rabu 23 juli 2025 menjelaskan kronologis penganiayaan yang dialami.
Dijelaskan kades Jack sapaan akrabnya, pada minggu 20 juli 2025, digelarnya perayaan syukuran perak suster, acara resepsi dilanjutkan sampai malam pukul 19.00 atau jam 7 malam.
“Ada hajatan di kampung pesta perak Suster sehingga di kampung ada acara resepsi dan dilanjutkan sampai dengan jam 7 malam. Saya sebagai kepala desa juga ada di dalam situ karena saya juga sebagai penanggung jawab kedua dalam acara tersebut. Dan tepat pukul 07 malam, himbauan dari pastor paroki bahwa, kita istirahat makan, jadi soundnya atau musik bisa dihentikan,” ceritera kades Jack.
Lalu, lanjutnya, pada saat itu soundnya masih terdengar bunyi.
“Lalu saya sebagai kepala desa dan penanggung jawab 2 saya merapat ke operator musik dan menyampaikan bahwa tolong diberhentikan dulu kalau tidak sumber arusnya dicabut karena sumber arusnya dari saya. Setelah itu dalam waktu yang tidak begitu lama, hadirlah juga penanggung jawab utama yaitu saudara kandungnya yubilaris merapat ke situ dan akhirnya menyampaikan bahwa kalau memang arusnya dicabut, kami pindahkan ke tempat lain. Dari situ muncullah kata-kata yang mengatakan, mentang-mentang kepala desa dan saat itu juga saya langsung ditampar. Dan saya langsung jatuh dihadapan istri saya,” terang orang nomor satu di desa Lamalera A.
“Lalu yang ikut mengamuk ada 2 orang yang satunya operator musik (orang yang mengoperasikan atau mengendalikan musik) dan seorang oknum pemuda yang bernama Jhon, tetapi saya tidak respon. Saya langsung dibawa oleh istri ke rumah diikuti juga pastor paroki. Jadi saya bilang, saya sudah di rumah jadi saya mau tidur dan mereka pulang. Lepas dari itu, om kandung dari yang punya pesta dengan iparnya penanggung jawab ke rumah mungkin untuk minta maaf atau apa tetapi saya bilang pulang saja karena kami mau tutup lampu dan tidur,” sambung kades Jack.
Keesokan harinya Senin 21 Juli 2025, katanya, dirinya melaporkan kejadian tersebut di polsek Nagawutung polres Lembata.
“Sebagai kepala desa, jabatan saya ini melekat setiap waktu dan di manapun. Kenapa saya bisa dapat hal yang luar biasa begitu. Apakah menyelesaikan persoalan saya dengan masyarakat harus seperti itu. Saya minta pihak berwajib tahan terduga pelaku dan tolong tuntaskan masalah ini,” harapnya.
Ia menyebut, terduga pelaku adalah saudara kandungnya Yubilaris.
“Tetapi dalam kehidupan sehari-hari sebagai wakil kepala sekolah di SMPS Apis Lamalera. Pada saat itu juga, muncul kata-kata yang disampaikan masyarakat bahwa mentang-mentang kepala desa, besok demo kasih turun.
Saya sebagai kepala desa merasa bahwa tidak ada penghormatan dengan garuda yang melekat pada diri saya. Saya mohon kepada kepolisian agar kejadian ini harus diproses dengan baik sesuai aturan yang berlaku,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, istri dari korban merasa kecewa dengan tindakan yang dialami oleh suami.
“Saya sebagai seorang istri menganggap bahwa kejadian seperti itu sangat tidak pantas. Apalagi di tempat umum di depan masyarakat yang begitu banyak, yang pastinya sebagai istri tidak terima,” imbuhnya kesal.
Kapolsek Nagawutung, Iptu Martin Gowing dengan tegas mengatakan kasus penganiayaan yang terjadi di Lamalera A akan diproses sesuai prosedur hukum yang berlaku.
“Laporan yang masuk pasti akan diproses sehingga memberikan efek jerah dan jadi pembelajaran bagi yang lain,” tandasnya singkat.
Sementara camat Wulandoni, Insos Gowing saat dihubungi terpisah via Whatsaap membenarkan kejadian yang dialami kades Lamalera A.
“Benar kades Lamalera A ditampar ama (ama, panggilan karib bagi lelaki Lamaholot,” ucapnya.
Sebagai pimpinan kecamatan, camat Insos sangat prihatin dengan kejadian yang dialami kades Lamalera A.
“Saya sangat menyesal dengan kejadian ini. Yang mana pelaku dan korban ini saya punya anaopu (dalam bahasa Lamaholot masih hubungan keluarga. Saya punya keluarga juga, dong dua juga akrab seperti kaka ade kandung. Saya bingung habis ni ama. Sebagai keluarga saya berharap kita urus secara kekeluargaan tetapi saya juga harus menghormati langkah hukum yang diambil korban karen itu haknya. Saya sudah pendekatan dengan korban untuk urus kekeluargaan tapi beliau tidak mau, jadi saya bisa apa ama,”