Scroll untuk baca artikel
Daerah

DIAN FJL, Vian Burin : Pekerjaan Pers itu Wajib Konfirmasi

232
×

DIAN FJL, Vian Burin : Pekerjaan Pers itu Wajib Konfirmasi

Sebarkan artikel ini

INFOKINI.NET, LEMBATA – PERS di Lembata, Nusa Tenggara Timur di tuntut untuk segera menemukan kesimpulan bersama atas penyebab carut marut yang dapat menghambat akselerasi pembangunan di Kabupaten Satu Pulau itu.

Kesimpulan bersama atas “biang kerok” pembangunan di Lembata, diharapkan dapat menuntun Pers, pilar keempat demokrasi mengakselerasi pembangunan.

Pers juga dituntut menampilkan kualitas penyajian berita yang berbeda, dengan menjalankan kode etik, Cover Both Side, menjalankan praktek jurnalisme investigativ, berani mengeluarkan kritik terhadap rezim yang berkuasa sekaligus memberikan Solusi atas masalah yang dihadapi di daerah ini.

Pesan tersebut mengemuka dalam Dialog Akhir Pekan (Dian) yang digelar Forum Jurnalis Lembata Sabtu (13/2/2021) malam.

Dialog Akhir Pekan (DIAN) Forum Jurnalis Lembata yang di siarkan secara langsung melalui Chanel Youtube FJL itu menampilkan pembicara, Anggota DPRD Kabupaten Lembata, Petrus Bala Wukak, Ketua Partai Gerindra Kabupaten Lembata, Yohanes Vianey K. Burin, Ketua FJL Lembata, Alexander Taum dan Abdul Gafur R. Sarabity, dari Aliansi Mata Merah.

Diskusi dengan tema Pers Sebagai Akseletaror Pembangunan di pandu host, Roy Rusgola dan Andri Atagoran sebagai Moderator Diskusi.

DIAN FJL juga menampilkan Jurnalista Acoustica, dengan personelnya, Dominikus Karangora pada Keyboard, Kajon oleh Yanto Luon, Bass oleh Bung Kanis, Riko Wawo Pada Gitar, Broin Tolok, vokalis 1 dan Tedi Making, vokalis 2.

Ketua DPC Partai Gerindra Kabupaten Lembata, Yohanes Vianey K. Burin dalam dialog tersebut menandaskan, pers di Lembata kehilangan taring ketika menjalankan fungsi kontrolnya.

Dikatakan, ada sisi bisnis yang menjadi perhatian perusahaan media di Lembata, namun sisi bisnis tersebut jangan pernah melenturkan fungsi control pada kebijakan Pemerintah.

“Jangan takut memberikan kritik pada pemerintah. Beri ruang juga kepada oposisi. Selama ini saya belum pernah diwawancarai media, mungkin karena peran saya sebagai oposisi. Jangan hanya pemerintah saja yang di wawancarai,” ujar Vian Burin.

Mantan Wartawan itu menggambarkan adanya perubahan paradigma media massa pada era keterbukaan teknologi informasi.

“Menjamurnya media online menyebabkan penulisan berita menjadi kacau. Wartawan menulis semaunya saja tanpa memperhatikan kaidah-kaidah penulisan berita yang baik dan benar. Tetapi di sisi lain, menjamurnya media online menyebabkan pemerintahan tidak nyaman, karena begitu banyak di pelototin banyak mata pers,” ujar Vian Burin.

Pada Bagian Akhir diskusi, Vian Burin mengatakan, Pers harus semakin dinamis. Kalau pers lumpuh, masyarakat tidak dapat kue pembangunan.

Menurutnya, Pers harus tetap di dukung. Bahwa pers juga memiliki kelemahan atau kekurangan, tetapi akan berkembang seiring waktu.

“Hari ini, saya nilai Jurnalis Lembata sudah membukan akses untuk oposisi seperti saya, di tengah Pemerintahan saat ini yang dinilai oligarkis dan berorientasi pada Kapitalisme. Orientasi pembangunan kita sangat kapitalistik. Saya perah WA Bupati lagi dua tahun lalu. Dan saya sampaikan, sisa waktu dua tahun ini tolong tinggalkan sesuatu yang berkesan bagi Lembata. Beliau itu teman saya,” ujar Vian Burin.

Menurut Vian Burin, pekerjaan Pers itu wajib konfirmasi. Tidak bisa tidak, karena itu nilai jurnilistiknya.

“Pers selama ini belum terbuka untuk Parpol. Hari ini saya diundang untuk berdialog di forum yang bermartabat ini, menunjukan komitmen Jurnalis untuk membuka diri bersma-sama membangun daerah ini. Selamat hari pers buat seluruh Jurnalis,” ujar Burin.

Semantara itu, Petrus Bala Wukak, Sekretaris Partai Golkar, Anggota DPRD Kabupaten Lembata, mengapresiasi Diskusi Akhir Pekan (DIAN) yang di gelar FJL.

“Kita penting untuk berbicara, menemukan solusi, kemudian menjadi agenda pengambilan kebijakan, dari pada sekedar mengutarakan kritik di Facebook. Bicara Demokrasi tanpa pers itu tidak bisa. Pers harus punya warna lain di tengah derasnya era digital. Prespektifnya adalah dimana posisi anda hari ini di pemerintahan. Kalau sebagai partai pendukung Pemerintahan, tidak bisa Pers hanya mengatakan pemerintah ini buruk tanpa memberitakan prestasi yang sudah di capai. Dia harus berimbang. Kemudian rakyat diedukasi untuk tidak terjebak dalam hoax. Itulah menurut saya, nilai dalam pemberitaan. Kedua, pers Lembata harus punya Karakter dan warna tersendiri,” ujar Bala Wukak.

Sementara itu, Abdul Gafur R. Sarabity, dari Aliansi Mata Merah mengatakan, Pemberitaan Pers di Lembata harus lebih dalam.

“Jangan sudah ada kebijakan baru pemberitaan muncul. Secara umum, Kalau dari Tidak Puas, Puas dan Sangat Puas, Saya sudah di tahap Puas, menuju sangat puas,” ujar Gafur, Pentolan Aliansi Mata Merah.

“DIAN FJL ini merupakan Kilas Balik ketika Pers menemukan jati dirinya. Diskusi dengan menghadirkan para pengambil kebijakan setiap pekan, semata-mata untuk membuat performace pemerintah tidak terus-terusan menyisahkan keluhan. Diskusi bersama hendaknya di barengi langkah konkrit untuk sedikit menghapus air mata rakyat. Pers, seyogiyanya lebih taat pada verifikasi, sebab itulah kekuatan Pers dibandingkan Informasi yang berseliweran di Medsos. Pers menurunkan berita yang terferivikasi,” ujar Ketua Forum Jurnalis Lembata, Alexander P. Taum.

Melalui Diskusi Akhir Pekan (DIAN), Forum Jurnalis Lembata berkomitmen untuk menghadirkan diskusi setiap Pekan, tidak sekedar menampilkan Prespektif berpikir, tetapi sekaligus menuntun langkah konkrit mengambil kebijkan public untuk kemaslahatan hidup bersama. (*/ FJL).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *